Musikus Agnez Mo, 34, yang memulai karier sejak 1992 mengungkapkan kunci suksesnya bisa menjalani karier yang panjang. Salah satu kuncinya, kata Agnez, ialah orisinalitas dalam berkarya.
Agnez Mo tak hanya berkarier di Indonesia. Ia juga memulai kiprahnya di industri musik Amerika Serikat dengan merilis sejumlah lagu internasional.
“Banyak orang yang tanya kok bisa 28 tahun berkarya. Fuel-nya satu: authenticity. Kalau artis seperti saya, mindset-nya enggak cuma revenue. Jadi kepuasan yang kita punya bukan cuma dari uang, bukan cuma dari income walau itu big part of it. Tapi bagaimana kita produce art yang autentik. Puji Tuhan saya punya keluarga yang mendukung art saya yang autentik. Authenticity itu come from within,” kata Agnez Mo dalam acara Indonesia Entertainment Outlook 2021 yang digelar secara virtual oleh Eventori, Senin (23/11).
Agnez menegaskan, seorang musikus bisa menjadi dirinya sendiri dengan orisinalitas. Hal tersebut yang selalu ia pegang teguh selama menjalani karier bermusiknya. Sebisa mungkin, ia tidak sekadar mengikuti selera pasar ketika membuat musik. “Kadang kita harus make your own market. If you can’t join them, make your own. Itu yang selalu saya terapkan. Berusaha jadi trend setter,” kata Agnez yang pernah bermain dalam sinetron Pernikahan Dini.
Agnez mengenang ketika karier musik Lady Gaga mulai menanjak. Saat itu, dia hendak mencoba mengikuti musik milik Lady Gaga. Namun, Agnez tidak berhasil karena merasa musik yang dimainkan Lady Gaga bukan jenis yang dia mau. “Tahun 2011, yang ada di pikiran saya, Lady Gaga can be Lady Gaga karena dia ciptakan market-nya sendiri. Saat itu dance music belum ada, semuanya pop atau rock. Balik lagi, just make your own market. Susah tapi bisa,” ujar pemilik album And the Story Goes tersebut.
Agnez Mo juga mengungkapkan pelajaran yang dia petik dari perjalanan kariernya di masa lalu. “Kalau saya bilang sesuatu untuk Agnez muda ialah: jangan terlalu perfeksionis. Mungkin itu. Karena saya akhirnya belajar bahwa pengalaman terbaik saya itu datang dari kesalahan saya. Enggak pernah takut untuk gagal. Mungkin itu saran dan kritik untuk diri saya sendiri,” kata Agnez yang dikenal luas ketika menjadi presenter Tralala-Trilili di sebuah televisi swasta.
Sebagai musikus, Agnez mengaku tidak pernah bermimpi menjadi penyanyi terkenal. Dia hanya mencoba mengeluarkan karya yang dia suka. Urusan lagunya kemudian menjadi hit itu hanyalah bonus dari kerja kerasnya.
Karena itu, dia bersyukur didampingi manajemen dan tim yang benar-benar mendukung prinsipnya itu. “Manajemen saya, saya yang punya. Jadi, saya enggak mikirin musiknya saja, tapi juga bisnisnya. Begitu saya gabung, saya kebingungan sendiri. Di studio saya mikirin, oh gimana ya caranya nulis lagu yang diterima sama masyarakat. Itu enggak bisa. Bukan begitu cara bekerjanya. Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa seni dan bisnis, mereka saling dukung satu sama lain, tapi tidak bisa jadi satu. Ketika di studio, saya harus pakai kepala sebagai musikus. Pada saat di ruang meeting sama kakak saya, baru mikirin strategi untuk karyanya,” papar Agnez.