Diluncurkan pada tahun 2020 lalu, pendanaan ini menggelontorkan dana sebesar USD200 juta (Rp2,9 triliun). TikTok menyebut bahwa pada tahun 2021, pihaknya meningkatkan besar pendanaan tersebut menjadi USD1 miliar (Rp14,3 triliun) selama tiga tahun mendatang di Amerika Serikat.
Namun, TikTok belum membagikan informasi lebih detail terkait jumlah yang telah didistribusikannya atau besaran perolehan yang dapat diprediksi partisipan. Menurut salah satu streamer kenamaan, sebagian besar kreator memperoleh bayaran dalam jumlah kecil.
Pada pekan lalu, Hank Green yang memiliki lebih dari enam juta pengikut di TikTok, mengunggah video YouTube bertajuk So…TikTok Sucks. Dalam video berdurasi 24 menit itu, Green menceritakan pengalamannya secara detail terkait program pendanaan kreator TikTok.
Green mengestimasi bahwa saat ini dirinya hanya menghasilkan sekitar 2,5 sen per 1.000 view pada platform tersebut, jauh lebih kecil dari pendapatannya di YouTube dan sekitar separuh dari yang ia dapatkan di TikTok sebelumnya.
Selain itu, Green menjelaskan permasalahan program ini yaitu TikTok menawarkan sejumlah kreator yang terus bertumbuh dengan jumlah bayaran yang tidak berubah, terlepas dari revenue atau peningkatan popularitas TikTok yang signifikan.
Hasilnya, pendapatan yang diterima masing-masing kreator semakin sedikit, meski TikTok semakin sukses. Sebagai informasi, Green menjadi salah satu kreator yang berpartisipasi dalam program pendanaan kreator sebelumnya dan disebut TikTok dalam unggahan blog perusahaan.
Green berpendapat bahwa program pendanaan kreator ini tidaklah buruk, namun pengaturan yang TikTok terapkan saat ini mencegah kreator untuk mendukung diri mereka secara memadai. Komen ini memicu kreator lain untuk turut menyuarakan rasa frustrasi mereka terhadap TikTok.
Sayangnya, TikTok masih enggan memberikan penjelasan soal permasalahan yang menyebabkan kreator di platform miliknya hanya memperoleh pendapatan dalam jumlah sedikit.