Zara Adhisty adalah aktris pendatang baru yang namanya mulai dikenal setelah sukses memerankan sosok Dara dalam film Dua Garis Biru (2009) besutan Ginatri S Noer.
Sebelumnya, ia tergabung dalam grup idola JKT48. Namun, siapa sangka di tengah puncak kariernya, Zara mempunyai pengalaman pahit tentang perundungan (bullying) yang membuatnya hampir depresi. Pengalaman tersebut ia ungkapkan saat menjadi bintang tamu dalam podcast Ngobrol Seru Semaunya (NSS) bersama Putri Tanjung, Kamis (15/10).
“Aku menyadari bahwa sekarang aku ini public figure, jadi aku ngerasa sekarang ini aku enggak punya privasi kayak yang dipunyai orang-orang pada umumnya. Pasti ada yang suka dan ada juga yang benci, cuma sekarang aku berpikirnya lebih dibawa santai aja sih,” ungkap Zara.
Zara mengaku, pada awal kariernya di dunia hiburan, kala dirinya masih menjadi anggota JKT48, ia sering mendapatkan perundungan dari penggemarnya, yang menurutnya jika tidak terkelola secara baik sering kali berujung ke perasaan tertekan yang memengaruhi kesehatan mental. “Waktu aku masih di idol group kemarin, aku sempat ditunjuk untuk menjadi center sebuah lagu. Namun, ketika aku menjadi center justru aku malah dapat bully-an karena aku, junior tapi aku jadi center.
Terus aku sempat down banget sampai ngerasa ‘kok gue enggak diterima ya,’ itu aku down banget,” papar aktris berusia 17 tahun tersebut. “Terus aku bangkit lagi, karena aku percaya justru dengan adanya hujatan seperti itu, aku harus buktiin kalau aku bisa dan aku layak,” lanjut Zara yang memenangi penghargaan Indonesian Movie Actors Awards 2020 sebagai pemeran utama wanita terfavorit.
Mengelola emosi Ia juga membagikan tips untuk mengelola emosi saat sedang dalam posisi tertekan atau down akibat perundungan. Menurutnya, ‘keterbukaan’ terhadap tim atau rekan kerja ialah hal yang penting saat sedang mengalami suatu perundungan, agar masalah tidak berlarut dan kinerja kita tidak terganggu. Selain itu, menurut Zara, meminta masukan dari keluarga juga akan sangat membantu untuk meringankan beban emosional karena pertimbangan dari keluarga pasti merupakan pertimbangan yang baik.
“Aku pernah di situasi itu (perundungan), hingga dampaknya stuck di satu masalah di pekerjaan aku. Kalau masalah kegiatan atau kerjaan kan sebenarnya enggak boleh dipaksain ya, apalagi kalau kita udah ngerasa enggak nyaman. Aku ngejalanin-nya waktu itu ketika aku lagi down, aku bilang kalau aku lagi butuh waktu untuk sendiri, aku revisi diri aku sendiri, apa sih yang salah, kenapa aku bisa jadi enggak nyaman, aku nangis sendiri, mungkin bisa dibilang hampir depresi ya,” paparnya.
“Cuma buat aku keluarga nomor satu, jadi kalau aku ada masalah ya aku akan tanya masukan ke mereka,” sambungnya. Zara menceritakan bagaimana keluarganya menjadi pendukungnya ketika ia berada di situasi-situasi sulit. Terutama sang ibunda, yang menurutnya selalu siap memberikan saran dan masukan yang bisa ia terima, bahkan ketika ia berbuat kesalahan sekalipun. Ia mengaku, mamanya yang terus mengingatkan agar ia tetap menginjak tanah dan terus berjuang.
“Menurut mama, kondisi down yang aku alami itu merupakan bagian dari proses aku mencapai tujuan, enggak mungkin kita tuh untuk sampai pada satu tujuan mulus-mulus aja,” pungkas Zara.